sumber foto: redbull
Pada akhir bulan Mei lalu, ada aksi terjun payung Indonesia 2015 yang menakjubkan dengan 4 orang penerjun yang melakukan lompatannya di atas Gunung Bromo. Salah seorang peserta dari aksi ini bernama Marco Waltenspiel, mengatakan bahwa meskipun ia tidak bisa merasakan panasnya dari gunung api tersebut tetapi ia bisa menyium bau dari sulfur. Meskipun begitu, lompatan yang dilakukan oleh tim Red Bull Skydive ini merupakan aksi melompat yang paling panas dengan melakukan lompatan di atas gunung api yang masih aktif.
Lebih lanjut, Marco Wlatenspiel mengatakan bahwa gunung api yang menjadi landasannya terlihat bagaikan piramid yang mengeluarkan asap. Ini merupakan pengalaman pertamanya melihat gunung api yang mengeluarkan asap dari sudut pandang di atasnya. Proyek aksi terjun payung ini ternyata awalnya berjalan mulus, sering terjadi penundaan untuk melakukan terjun payung ini seperti adanya pesawat terbang yang lewat di tengah malam, di awal pagi hari, dan hujan juga menjadi alasan penundaan tersebut. Dengan segala penundaan akibat cuaca Indonesia yang sedang berada di musim hujan yang tidak bersahabat tetapi hasil dari lompatan yang mereka diakui cukup puas.
Marco Waltenspiel dan 3 penerjun tim Red Bull lainnya yakni Goerg Lettner, Marco Furst, dan Dominic Roithmair, yang secara keseluruhan telah melakukan lompatan terjun payung dengan jumlah lebih dari 16.000 lompatan yang spektakuler. Keempat peserta ini menaiki helikopter untuk menuju tempat tujuan mereka, mereka melompat keluar dari helikopter pada ketinggian 4.000 meter di atas Gunung Bromo yang memiliki pemandangan indah dan menakjubkan dan ketinggian sekitar 2.200 meter di atas ketinggian kota Jakarta.
Mereka tidak lupa untuk memberi kehormatan kepada Indonesia dengan mengibarkan bendera ketika sedang terjun ke landasan. Bendera yang mereka kibarkan bukan yang berukuran kecil, melainkan ukurannya hampir mencapai panjangnya 10 meter dan lebar 15 meter. Oleh karena itu, memasang bendera ini di perlengkapan olahraga ekstrim mereka tidak menjadi masalah bagi anggota tim ini yang sudah terlatih, yang dalam waktu terjunnya bergerak dengan cepat untuk terbang ke arah belawanan untuk membentangkan bendera di langit.
Dari aksi terjun payung Indonesia 2015 yang menjadi tantangan teknik paling besar mereka adalah tipisnya udara. Para peserta terjun ini mengaku bahwa mereka jarang melakukan terjun menggunakan baju sayap di ketinggian 4.000 meter dan memiliki tekanan udara yang tidak banyak yang membuat mereka mengambil cara yang berbeda dan memiliki ruang yang terbatas. Fotografer dari aksi ini bernama Wolfgang Lienbacher mengaku bahwa timnya tidak memiliki banyak ketinggian dan waktu udara untuk melakukan aksinya. Hal ini dikarenakan Gunung Bromo sudah berada di ketinggian 2.200 meter dan timnya hanya diperbolehkan untuk melakukan penerbangan hanya sedikit di atas ketinggian 4.000 meter menggunakan helikopter.
Gunung Bromo memang bukan merupakan gunung api di dunia yang paling aktif, berbeda dengan tetangga gunung ini yakni Gunung Merapi yang sedikit lebih menunjukkan tanda-tandanya, tetapi gunung ini telah menunjukkan tanda-tanda umum dari aktivitas dari gunung api. Guncangan vulkanik terjadi di dasar gunung pada bulan November tahun 2010, yang membuat warga sekitar dievakuasi, dan sekitar 3 hari kemudian, gunung ini memuntahkan abu dan asap, mengeluarkan gumpalan asap sejauh 700 meter di atas langit.
Lihat sejumlah aksi lainnya dari terjun payung Indonesia 2015 di SuperAdventure.co.id.
No comments:
Post a Comment