sumber foto: youtube
Karena bayi terus menerus buang air kecil dan besar, orang tua telah mencari berbagai cara yang lebih baik dalam menangani keadaan berantakan yang tidak terelakkan, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan popok bayi sekali pakai. Sepanjang sejarah, orang tua memutuskan bahwa semakin dini bayi diajarkan untuk mendapatkan solusi pengendalian buang air yang rutin maka ini akan membuat proses perkembangan bayi menjadi semakin baik.
Pada awalnya popok bayi terbuat dari lumut, dedaunan dan tanaman lainnya yang dibungkus di dalam potongan kasar tenunan kain atau serat. Dalam suhu yang lebih hangat, banyak anak yang tidak penah mengenakan popok sama sekali dan hal ini masih dijalankan di banyak budaya saat ini. Selang beberapa abad, bayi mulai mengenakan bantalan yang terbuat dari kain yang disebut dengan popok, kain atau katun yang dijahit dengan pola geometris tertentu.
Karena tidak ada pilihan yang ideal, banyak orang tua ingin sekali untuk membuat anaknya buang air kecil atau besar tanpa membuat popok yang dikenakannya kotor. Banyak orang tua menggunakan sebuah jenis latihan menggunakan toilet yang bernama, peniadaan komunikasi, yang melibatkan sinyal atau tanda-tanda antara bayi dan pengasuh, yang menghasilkan bayi buang air kecil atau buang air besar di tempat-tempat yang telah ditentukan untuk melakukannya.
Di tahun 1950an, popok bayi sekali pakai sudah ditemukan di pasar umum, dan dari sinilah dimana berbagai hal mulai mengalami perubahan. Sebelum, kemunculan popok sekali pakai, anak melakukan latihan menggunakan toilet di usia yang lebih dini. Bahkan, di tahun 1957, anak mulai melakukan latihan menggunakan toilet di sekitar usia 11 bulan dan kebanyakan dari popok bayi tetap kering hingga usiannya 2 tahun. Dengan fakta bahwa ibu memiliki popok kotor yang harus dicuci, membuat mereka melakukan lebih banyak dorongan untuk memulai proses latihan penggunaan toilet lebih awal. Hal ini disebut sebagai proses yang dipimpin oleh orang tua.
Sekarang ini, banyak orang tua yang disarankan untuk menunggu sampai anak memberikan tanda bahwa ia sudah siap. Sebagai hasilnya, anak tetap mengenakan popok untuk rata-rata 1 tahun lebih dari generasi kakek-nenek yang mengenakan popok kain. Oleh karena ini, apakah perusahaan popok sekali pakai memiliki pengaruh dalam penyebaran saran tersebut. Hal ini bisa saja karena mereka merupakan satu-satunya pihak yang mendapatkan keuntungan dari perubahan ini.
Menggunakan popok sekali pakai secara besar mengurangi dorongan pada bayi dan orang tua, karena membuang popok lebih mudah dibandingkan dengan mencucinya, sehingga orang tua tidak perlu terburu-buru memberikan latihan menggunakan toilet dan bayi merasa nyaman dalam popok sekali pakai saat ini yang menggunakan bahan natrium poliakrilat. Popok kain secara langsung akan terasa basah ketika disentuh karena tidak memiliki bahan kimia yang menyerap air. Hal ini sebenarnya merupakan hal yang bagus, untuk berbagai alasan, bayi bisa memiliki pemahaman lebih baik terhadap fungsi tubuhnya dan bisa memulai untuk terhubung dengan perasaan ingin buang air kecil dengan popok akan basah atau kotor setelahnya.
Dapatkan informasi lainnya seputar popok bayi sekali pakai di Merries.co.id.
No comments:
Post a Comment