sumber foto: naval-history
Di tahun 1818, Sir John Ross, paman dari Sir James Clark Ross yang merupakan penjelajah laut terkenal, menjadi bagian dalam sebuah ekspedisi untuk melokasi bagian barat laut di Samudra Arktic dan sambil membawa survei bersuara yang ia tarik bersama keranjang berisi bintang laut dari kedalaman 1.6 kilometer. Sejarah penjelajahan samudra berlanjut pada beberapa tahun kemudian, dalam sebuah ekspedisi ke samudra bagian selatan, Sir James Clark Ross menemukan banyak hewan yang tinggal dalam kedalaman 1.8 kilometer di lereng benua Antartika.
Penemuan seperti ini, termasuk seperti yang dilakukan ayah dan anak dari Norwegia, Michael dan G.O Sars, menemukan bahwa hewan tinggal pada dasar dari Norwegia fjords, hal ini membuat para peneliti bangsa Victorian merasa bersemangat dan membuat mereka menuju ke tempat itu langsung untuk melihat hewan dasar laut lainnya. Namun banyak ilmuwan pada waktu itu percaya bahwa dasar laut merupakan tempat yang kosong dan tandus. Mereka berpiki bahwa kegelapan, dingin dan tekanan yang hebat akan mencegah kehidupan subur dan beberapa penelitian juga mengkonfirmasi teori ini
Ilmuwan bernama Edward Forbes melanjutkan penelitian di Laut Aegean antara tahun 1841-1842, mengeruk bagian dasar laut untuk mencari hewan dasar laut tetapi ia tidak menemukan banyak dari hewan-hewan tersebut. Di tahun 1843, ia merilis hipotesa azoidnya yang melewati kedalaman 0.6 kilometer bahwa di tempat ini tidak ada kehidupan. Kini banyak orang yang mengetahui bahwa Edward Forbes hanya kurang beruntung, karena di daerah dasar laut Aegean memang cukup jarang penduduknya. Jika ia melanjutkan penelitiannya di tempat lain maka hipotesanya akan memiliki hasil yang berbeda.
Teori yang diungkapkannya menciptakan banyak kontroversi di antara para ilmuwan, dan untungnya sudah memiliki penelitian dasar laut yang lebih banyak. Charles Wyville-Thompson dan W.B. Carpenter, melanjutkan penelitian di kedalaman air di barat laut Inggris Raya dan semenanjung Iberia menggunakan kapal HMS Lightning tahun 1868 dan HMS Porcupine tahun 1869 dan 1870. Mereka berhasil mengumpulkan endapan dari kedalaman 4.3 kilometer dan menemukan bahwa cairan tanah yang mereka kumpulkan hampir keseluruhannya terbuat dari sisa-sisa kerangka plankton.
Ekspedisi HMS Challanger dilanjutkan tidak lama setelah itu, antara tahun 1872 hingga 1876, dan mungkin menjadi salah satu penjelajahan samudra paling terkenal di awal dasar laut karena ini menjadi fondasi dari apa yang diketahui saat ini. Berkat ekspedisi HMS Challenger bagian sangat sedikit dari bentuk dasar laut atau hewannya bisa diketahui. Charles Wyville-Thompson merupakan bagian dari ekspedisi ini juga, perannya adalah sebagai kepala peneliti di kapal.
Dalam perjalanan sejauh 130.000 kilometer ini, HMS Challenger membawa sejumlah survei bersuara untuk menyediakan gambaran paling jelas dari dasar laut dalam hingga kini dan menemukan 4.700 spesies baru ke dalam ilmiah. Beberapa dari hasil ini merupakan hewan atau fauna baru yang berhasil ditemukan yang didapat dari pukat yang diambil dari kedalaman lebih dari 5 kilometer. Inilah cuplikan penjelajahan samudra yang terjadi di sepanjang tahun 1800an.
Dapatkan pengetahuan lebih dalam mengenai penjelajahan samudra di Aswirman.com.
No comments:
Post a Comment